Selasa, 24 Juli 2012

Bulan Madu, Perlu Nggak Sih?


Dok thinkstock
Bulan madu adalah kegiatan khas para pengantin baru. Apalagi konsepnya identik dengan bepergian, yang jadi aktivitas favorit para traveler. Tapi sebetulnya, bulan madu itu perlu nggak sih?

Betapa suasana jadi menyenangkan saat pasangan pengantin bicara bulan madu. Namun, seringkali realisasi bulan madu alias honeymoon ini tak semudah yang dibayangkan. Kesibukan dan rutinitas sehari-hari jadi kendala utama bulan madu. Banyak pula pasangan yang batal mencanangkan agenda ini karena padatnya aktivitas. Sebetulnya, perlukah bulan madu?

"Perlu. Honeymoon sifatnya manis dan menyenangkan. Ini bisa jadi satu kenangan yang sangat baik untuk dikenang di tahun-tahun berikutnya," tutur Psikolog Ana Surti Ariani, Psi.Kamis (28/6/2012).

Tak hanya itu, bulan madu punya segudang manfaat yang berguna bagi kehidupan rumah tangga tahun-tahun selanjutnya. Konsep honeymoon yang identik dengan bepergian, memberi manfaat baru terkait bahtera baru dalam kehidupan.

Saat honeymoon, lanjut psikolog yang praktek di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI Depok ini, pasangan diberi waktu untuk mengenal satu sama lain dalam kondisi yang manis. Hal itu penting untuk tahapan berikutnya dalam sebuah pernikahan. Honeymoon juga ajang pembelajaran bagi pasangan untuk menjadi "kita", bukan "aku" seperti sebelumnya.

"Honeymoon adalah momen pas untuk memulai kebersamaan. Harus mengambil keputusan secara bersama. Misalnya mau pergi honeymoon ke mana, biayanya berapa. Bisa dibicarakan serta dinikmati bersama," tutur psikolog yang biasa disebut Nina ini.

Maka dari itu, traveling jadi aktivitas yang pas untuk pasangan baru. Walaupun tak wajib karena terkait kondisi dan waktu, namun traveling menjadi opsi terbaik untuk mendapat semua manfaat itu.

"Untuk liburan! Sebelumnya, pasangan pasti sibuk oleh persiapan pernikahan. Stressful, ketika harus mengurusi gedung, undangan, dsb. Termasuk juga persiapan mental karena pernikahan penuh ketegangan. Nah, honeymoon jadi pelepas stress sekaligus liburan untuk mereka berdua," tambahnya.

Nina menekankan, honeymoon itu penting. Ada beberapa hal yang tak akan tergantikan dengan jenis liburan lain, misalnya liburan keluarga atau bersama anak. Walaupun sebetulnya tidak harus traveling, asalkan pasangan menikmati masa-masa pertama sebagai suami istri.

"Kalau pun tidak sempat, mereka (pasangan yang baru menikah-red), bisa honeymoon setelah menikah. Ada teman saya, mereka honeymoon setelah proyeknya rampung. Lakukan saja, asal harus benar-benar dijadwalkan," ujar psikolog yang praktek di Medicare Clinic, Kuningan, Jakarta, ini.

Eits, tahan dulu anggapan Anda tentang honeymoon yang identik dengan pengantin baru. Rupanya honeymoon juga bisa dilakukan oleh pasangan yang telah menikah sekian lama. Istilahnya adalah honeymoon kedua, ketiga, dst.

Honeymoon versi ini agak berbeda dari liburan keluarga. Tujuannya adalah untuk menyegarkan kembali suasana pernikahan. Oleh karena itu, idealnya pasangan tidak membawa serta anak-anak dalam liburan.

"Biasanya kan pagi selalu ada morning rush sebelum berangkat ke kantor. Siang mengurusi rumah dan pekerjaan kantor. Sore dan malam, anak-anak butuh perhatian. Cenderung kurang waktu untuk berdua, kan?" tanyanya.

Maka, honeymoon kedua dst menjadi ajang mengingat masa-masa manis berdua. Kalau sebelumnya Anda honeymoon dengan bujet terbatas, kali ini bisa honeymoon agak mewah mengingat situasi keuangan pasti sudah membaik. Bisa menginap di tempat yang lebih bagus, juga melakukan aktivitas liburan yang lebih variatif. Ini berarti libur sebagai orang tua, dan namun tetap sebagai pasangan!

Jadi kalau Anda segera melepas masa lajang, atau baru dinobatkan sebagai pengantin baru, atau yang telah menikah lama, ada baiknya mulai memikirkan traveling untuk honeymoon. Ini bukanlah traveling biasa, tapi liburan yang akan menentukan kehidupan rumah tangga Anda selanjutnya.