Kamis, 05 Juli 2012
Misi Ruang Angkasa ini Akan Selamatkan Bumi dari Hantaman Asteroid
Sebuah perusahaan swasta Amerika mengumumkan misi ruang angkasa untuk memetakan bagian dalam sistem tata surya. Misi ini ingin membuktikan teori asteroid yang dapat menghantam bumi.
Ini merupakan misi pertama yang didanai oleh swasta, untuk melakukan pemetaan bagian dalam tata surya. Misi akan berlangsung selama lima setengah tahun, dan akan diluncurkan pada 2016 atau 2017.
Rencana ambisius ini diselenggarakan oleh B612 Foundation. Nama ini diambil dari kisah "Little Prince" karya Saint Exupery, yang merupakan asteroid yang menjadi rumah pangeran kecil tersebut.
Diharapkan, misi akan membuka perbatasan untuk eksplorasi ruang angkasa dan melindungi kehidupan manusia di bumi. Perlindungan ini berfokus pada pemetaan puluhan ribu orbit asteroid dekat Bumi dengan diameter minimal 140 meter, yang bisa menyerang Bumi dengan kekuatan ledakan minimal 100 mega ton TNT.
Ukuran tersebut merupakan 3,5 kali diameter obyek asteroid yang melanda Tunguska, Siberia pada 1908. Peristiwa ini mencabut 80 juta pohon dan menghancurkan rumah-rumah dalam ratusan kilometer.
Menurut Yayasan B612, lebih dari 98 persen dari asteroid tersebut tetap tidak dikenal para astronom. Misi ini bertujuan untuk mengetahui dan melacak lebih dari 90 persen dari asteroid tersebut. "Tujuan kami untuk filantropis, yang merupakan upaya menyelamatkan planet ini ataupun suatu tempat di planet ini dari bencana besar," ujar Clark Chapman, seorang astronom di Southwest Research Institute di Boulder, Colorado.
Selamatkan Bumi
Chapman menambahkan bahwa Yayasan juga mencanangkan manfaat lain dari misi ini. "Tentu saja, kami juga memiliki tujuan ilmiah tambahan, dan pemetaan kami dari asteroid ini adalah pelopor untuk mengidentifikasi objek yang bisa ditambang untuk sumber daya ruang angkasa di masa depan. Juga, untuk mengidentifikasi objek yang dapat dikunjungi oleh astronot sebagai uji coba sistem yang akhirnya dapat mengirim orang ke Mars," katanya.
Pesawat ruang angkasa yang akan menunaikan misi ini adalah Sentinel. Pesawat ini akan lepas landas dari NASA Kennedy Space Center di Florida dengan bantuan dorongan dari roket Falcon 9.
Pesawat ini juga akan membawa teleskop inframerah untuk memetakan lokasi dan lintasan persimpangan asteroid Bumi."Ini adalah objek yang sangat gelap. Anda harus melihat dengan inframerah untuk mendeteksi mereka," jelas Scott Hubbard, profesor aeronautika dan astronautika di Stanford University dan arsitek program B612.
Ball Aerospace of Colorado, perusahaan pesawat ruang angkasa yang telah mengembangkan teleskop ruang angkasa Spitzer dan Kepler, merancang teleskop Sentinel. Instrumen ini akan menampilkan cermin alumunium 50 cm untuk mengumpulkan sinyal inframerah dengan area pandang yang luas. Gambar akan direkam oleh sebuah piranti 24 juta piksel dan akan didinginkan sampai -133 derajat celcius.
Kerjasama dengan NASA
Pesawat ini akan mengirimkan data yang terkumpul melalui jaringan ruang angkasa NASA ke Pusat Operasi Sentinel di Boulder. Pusat operasi ini kemudian akan menggunakan Minor Planet Center milik NASA di Cambridge, Massachusetts, untuk meneruskan data ke berbagai lembaga pendidikan dan penelitian maupun pemerintahan.
Sedangkan Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, akan melakukan analisis resiko komprehensif tentang informasi yang ada. Ini untuk menentukan orbit asteroid individu dan menilai ancaman asteroid bagi Bumi.
Teleskop ini akan memindai seluruh langit pada tengah malam setiap 26 hari untuk mengidentifikasi setiap objek yang bergerak. Pengamatan berulang pada satu-persatu steroid akan memungkinkan para astronom untuk menghitung orbitnya dan memprediksi posisi asteroid secara akurat untuk satu abad atau lebih di masa depan.
Total biaya misi ini masih harus dihitung. Namun, Chapman berharap dapat mengumumkannya di akhir tahun. Sementara itu, Hubbard mengatakan yayasan sedang mencari dana untuk misi ini. "Kami telah memiliki beberapa calon investor yang telah memberikan dana awal untuk melihat kelayakan dan ukuran teknis proyek ini," katanya.