Amerika Serikat merupakan negara kaya dan memiliki anggaran kesehatan terbesar di dunia. Tahun ini saja mencapai USD 866 triliun, atau 23 persen anggaran belanja negara. Jumlah itu merujuk data Kementerian Dalam Negeri, merupakan alokasi dana terbesar kedua setelah bidang pertahanan pada negara Adi Daya itu.
Faktanya, riset terakhir dari Asosiasi Klinik Gratis Amerika melaporkan, lebih dari 50 juta warga tidak memiliki akses pada pelayanan kesehatan layak. Masalah terbesar malah dialami kelas menengah.
Kelompok ini tidak cukup miskin untuk berhak atas perawatan kesehatan gratis dari pemerintah yang dikenal sebagai 'Medicaid'. Mereka juga tidak mampu membayar asuransi kesehatan sendiri, seperti dilansir stasiun televisi msnbc, Selasa pekan lalu.
Di tengah hiruk pikuk itulah, Presiden Barack Hussein Obama mengumumkan rancangan undang-undang jaminan kesehatan. "Saya tidak paham mengapa negara paling kaya di dunia tidak mampu menyediakan layanan kesehatan mendasar bagi setiap warganya," ujar Obama pada saat kampanye tiga tahun lalu.
Aturan hukum soal asuransi bagi seluruh warga Amerika ini lantas disebut sebagai 'Obamacare'. Undang-undang ini memberi landasan hukum bagi pemerintah Amerika memberikan asuransi kesehatan bagi 32 juta warga tidak mampu. Perusahaan asuransi juga tidak boleh lagi menolak pasien hanya karena diagnosis penyakitnya.
Namun, pada jajak pendapat Reuters dua hari lalu, 61 persen warga Amerika menentang Obamacare, karena merasa pemerintah tidak bisa mewajibkan orang untuk membeli asuransi.
Obamacare dikritik banyak pihak karena mengharuskan setiap warga mengikuti asuransi. Pada awal 2014, bila tidak membeli asuransi, maka rakyat Amerika akan didenda.
Beberapa pihak juga memperkirakan kebijakan itu masih akan menyisakan banyak orang tanpa asuransi. Ada sekitar 11 juta imigran gelap yang tidak masuk skema Obamacare, begitu pula 36 persen populasi yang memilih membayar denda saja, daripada harus membeli asuransi pemerintah itu.
Setelah Mahkamah Agung meloloskan undang-undang ini kemarin, Obama menilainya peristiwa bersejarah yang tidak perlu dikait-kaitkan dengan isu pemilihan presiden. "Saya tidak menganggapnya kemenangan politik, saya menilai (lolosnya undang-undang ini) sebagai kemenangan seluruh rakyat Amerika," ujar dia di Gedung Putih, seperti dilansir Reuters, Kamis (28/6).
Tidak bisa dipungkiri, Partai Republik dan Demokrat menggunakan isu ini dalam menghadapi pemilihan presiden November mendatang. Calon lawan Obama, Mitt Romney, jauh-jauh hari sudah mengatakan jika terpilih dia bakal mengubah aturan itu.
Kampanye Romney diperkirakan bakal menggaet para pemilih yang terbebani kebijakan Obamacare. Isu kesehatan akan menjadi kunci menjelang pemilihan presiden Amerika empat bulan lagi.