Minggu, 25 Maret 2012

Studi: Pecandu Internet Berpotensi Besar Mengalami Depresi


BELAKANGAN, internet sudah menjadi semacam sahabat bagi kebanyakan anak muda. Melalui dunia maya inilah para remaja berinteraksi dengan sesamanya dan juga untuk mendapatkan beragam informasi.

Tapi di balik manfaatnya, Internet juga memiliki sisi negatif terhadap kesehatan mental. Sebuah studi terbaru yang dilakukan di Australia menyebutkan, remaja yang menghabiskan terlalu banyak waktu dengan Internet memiliki risiko besar mengalami depresi.

Sejak 1990-an, penggunaan Internet yang tidak terkendali dan tidak masuk akal diidentifikasikan sebagai masalah dengan tanda-tanda yang mirip dengan ketagihan. Pemakaian Internet patologis dikaitkan dengan munculnya masalah hubungan dengan orang lain, perilaku agresif dan gejala-gejala psikiatris lainnya.

"Para orangtua harus waspada terhadap perilaku online anak-anak mereka," kata ketua tim peneliti Lawrence T. Lam dari School of Medicine, Sydney, dan University of Notre Dame Australia.

Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini, secara kejiwaan anak-anak muda yang sehat dapat terkena depresi setelah terpapar lama pada kebiasaan pemakaian Internet berlebihan. Konsekuensi kesehatan mental dari penggunaan Internet bermasalah bagi mereka yang telah memiliki riwayat  masalah psikologis atau kejiwaan akan lebih parah,

Untuk studi ini, Lam dan koleganya, Zi-Wen Peng, dari Kementerian Pendidikan dan SunYat-Sen University di Guangzhou, China, mengumpulkan data pemakaian Internet patologis di antara 1.041 remaja China berusia 13 hingga 18 tahun.

Lam dan Peng menguji tingkat depresi dan kecemasan dari para remaja itu, dan mengajukan pertanyaan kepada mereka mengenai pemakaian Internet patologis dan perilaku adiktif pada umumnya.

Pada awal studi, tim peneliti mengklasifikasikan 6,2 persen anak remaja memiliki masalah pemakaian Internet patologis moderat. Bahkan, 0,2 persennya berisiko serius.

Sembilan bulan kemudian, para remaja itu dites kembali mengenai tingkat depresi dan kecemasan mereka. Tim peneliti menemukan 0,2 persen remaja memiliki gejala kecemasan dan 8,4 persen mengalami depresi.

Lam dan Peng mengklaim risiko menjadi depresi 2,5 kali lebih tinggi di antara remaja yang ketagihan Internet dibandingkan dengan mereka yang tidak. Namun, mereka tidak menemukan keterkaitan antara pemakaian Internet patologis dengan kecemasan.

"Studi ini memiliki implikasi langsung terhadap pencegahan penyakit kejiwaan di kalangan anak muda. Hasil studi ini mengindikasikan bahwa anak muda yang menggunakan Internet berlebihan memiliki risiko terbesar mengalami masalah mental dan dapat mengalami depresi jika mereka terus melakukan kebiasaan itu," papar Lam.

Intervensi dan pencegahan sejak dini pada kelompok yang berisiko tinggi ini merupakan langkah efektif dalam mengurangi kasus depresi pada anak-anak muda.

"Pemantauan di sekolah terhadap individu yang berisiko menggunakan Internet berlebihan kelompok dapat menjadi strategi pencegahan dini yang efektif. Dan jika sudah diidentifikasi anak-anak yang berisiko tinggi, maka pihak sekolah memberikan konseling dan terapi," imbuhnya. 

Dan yang tak kalah penting, orangtua juga harus ikut serta memantau aktivitas anak-anak mereka di depan komputer, terutama terkait dengan waktu dan konten yang mereka buka di dunia maya.

Penelitian Lam dan Peng dimuat dalam laporan Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine. (go4/Wrt3)